Masih dengan rutinitas agenda diskusi hari Jumat, hari ini (22/2/2019) lingkar diskusi BSA mengadakan diskusi dengan mengusung tema sastra jahili. Pemantik kali ini adalah salah satu kakak tingkat yang pandai merangkai kata-kata maut yang membuat hati para wanita baper dibuatnya. Dia adalah Muhammad M Chilmi Nasyirul HaqWalaupun materi sastra jahili ini sudah tercantum dalam mata kuliah jurusan BSA, namun segenap warga BSA sangat antusias mengikuti agenda tersebut. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran kurang lebih 60 audien. Bahkan agenda rutin ini telah menarik hati beberapa mahasiswa dari jurusan PBA. Memang bukan tanpa alasan divisi jurnalistik menyiapkan tema sastra jahili ini. Guna menguatkan dan mengulang kembali materi yang telah dipelajari serta menambahkan wawasan tentang pengetahuan yang belum sempat didapatkan di mata kuliah sejarah sastra.
Mendengar kata jahiliyah, sudah pasti terpikirkan bahwa zaman itu adalah tentang kebodohan. Namun, arti jahili sendiri bukan berarti orang-orang yang bodoh melainkan kebobrokan adab (budi pekerti) masyarakat arab di masa itu. Di balik perilaku tercela mereka, masyarakat arab jahili terkenal hebat dengan keilmuan dan karya sastranya. Sastra pada masa jahili berpengaruh sekali terhadap kehidupan bermasyarakat. Tidak heran jika hal ini akhirnya memunculkan sastrawan-sastrawan terkenal pada masanya. Sastrawan inilah yang nantinya bisa memberi pengaruh terhadap semua orang atas apa yang telah disampaikan. Apabila seorang sastrawan menggambarkan kebaikan seseorang, jelas orang tersebut akan dinilai baik oleh semua orang, pun juga sebaliknya. Mengenai fakta ini, sebagai calon generasi sastrawan (aaamiin) sudah seharusnya menjaga perkataan dan karya kita dari mencela dan menghujat orang lain. Mari sama-sama wujudkan generasi penerus menjadi sastrawan milenial yang beradab.